MBAH MOEN
IDENTITAS
BUKU
Judul Buku : Mbah Moen
Pengarang/penulis buku : Anom
Whani Wicaksana
Editor : Dyas
Proof Reader : Arin Vita
Desain Cover: Arum
Penerbit : C-Klik Media
Tahun Terbit : 2019
Tebal Halaman : 160 Halaman
Harga buku : Rp 39.000,00
SINOPSIS
Mbah Moen adalah sosok
Kiai yang sangat di hormati. Ia menjadi salah satu ulama rujukan dalam bidang
fikih. Ia juga sering menjadi rujukan dan referensi ketika terjadi masalah
besar atau isu yang sedang menjadi bahasan banyak orang. Jejak hidupnya penuh
keteladanan, meniru kekasihnya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Kiai Maimoen Bin Kiai
Zubair bin Kiai Dahlan bin Warijo bin Munandar dilahirkan di karang Mangu,
Sarang, Rembang, pada hari kamis Legi bulan Sya’ban tahun 1347 H atau 1348 H,
atau 28 Oktober 1928, sebagai putra pertama Kiai Zubair Dahlan dan Nyai
Mahmuda. Kiai Zubair Dahlah adalah sosok guru yang telah melahirkan banyak
ulama di Indonesia, meskipun tidak mempunyai pesantren sendiri. Kiai Zubair
adalah murid pilihan Shaikh Sai’d al-Yamani serta Shaikh Hasan al-Yamani
al-Makky.
Ibunda Kiai Maimoen,
yaitu Nyai Mahmudah, adalah putri Kiai Ahmad bin Syu’aib, ulama kharismatik
dari sarang. Dengan demikian, Kiai Maimoen Zubair merupakan keturunan ulama
dari jalur ayahanda maupun ibundanya.
Cover buku kurang menarik dan warnanya kurang pas
KELEBIHAN BUKU
Buku
ini banyak memberi Inspirasi, pesan, dan nasihat dari Kiai Maimoen
Contohnya:
1.
Ora
kabeh wong pinter kuwi bener (Tidak semua orang pintar itu benar)
2.
Wong
yahudi iku biyen gelem mulang angger bayar, tapi akehe kiyai saiki ngalor
ngidul karo rokoan ora gelem mulang nak ora dibayar, gelem mulang angger
dibayar (Dulu orang yahudi mau mengajar kalau dikasih uang, tetapi sebagian
besar kiai sekarang mondar-mandir sambil merokok tidak mau mengjar kalau tidak
diberi uang)
KESIMPULAN
Buku ini sangat bagus untuk dibaca karena banyak sekali kisah kisah,
pesan, dan nasihat Kiai Maimoen yang dapat diteladani pada kehidupan
sehari-hari, dari buku ini ada salah satu pesan yang bagus
“ Daripada menjadi orang pinter, tetapi tidak benar, lebih baik menjadi
orang benar, meskipun tidak pintar”
Resensi dibuat oleh : ATALARIK
FIRMANSYAH
Komentar
Posting Komentar